Sabtu, 28 September 2013

Me and Rubrik Kisah Nova


Saya merupakan salah satu pelanggan setia Tabloid Nova. Menunggu edisi terbaru Nova setiap minggunya, menjadi satu hiburan tersendiri di tengah rutinitas hidup yang terkadang sangat membosankan. Dari dulu, saya selalu setia pada Nova. Tidak mungkin saya berpaling, semua yang saya butuhkan sebagai perempuan ada pada rubrik-rubrik Tabloid Nova. Rubrik Nova yang menjadi favorit saya adalah Rubrik Kisah. Semua kisah perjalanan hidup tokoh yang dikisahkan benar-benar menginspirasi saya. Memberikan suatu pencerahan. Menumbuhkan semangat baru untuk berjuang menggapai cita dan asa.
           
Sejak lima tahun yang lalu, selepas dari SMU, saya bertekad untuk menggantungkan masa depan pada dunia menulis. Sayang, tidak ada yang mendukung keinginan saya tersebut. Semua menentang, termasuk orangtua saya sendiri. Mereka berfikir bahwa dunia menulis sama sekali tidak dapat menjanjikan masa depan. Saya tidak marah pada mereka. Saya tahu, orangtua saya bermaksud baik. Setiap orangtua menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya.

Atas desakan orangtua, saya kuliah di jurusan Teknik Sipil. Jurusan yang sama sekali tidak saya sukai. Dengan berat hati dan setengah ogah-ogahan, saya pun menjalaninya. Meskipun demikian, saya tidak pernah berhenti berlatih menulis. Namun sayang, hasilnya sangat kacau balau. Dua-duanya tidak berjalan baik. Study saya amburadul. Latihan menulis saya pun tidak fokus.


Tidak terasa empat tahun sudah saya berlatih menulis. Sudah banyak cerpen yang saya kirimkan ke berbagai media cetak. Tidak ada satu pun yang dimuat ! Semangat saya ngedrop. Rasa putus asa mulai menghinggapi. Terlebih, nasib study saya juga terkatung-katung tidak jelas. Lengkaplah sudah ! Rasa putus asa tak kunjung menggapai cita plus perasaan bersalah telah mengecewakan orangtua. Waktu itu, saya benar-benar down. Beruntung, ada kisah tentang perjalanan hidup Opick (bagian 3) pada edisi Nova No. 973 / XIX (16 – 22 Oktober 2006). Dalam rubrik kisah itu diceritakan tentang bagaimana jatuh bangunnya perjuangan seorang Opick. Dia harus berjuang selama lebih dari sepuluh tahun sebelum bisa sukses seperti sekarang ini. “ Wah, Opick saja berjuang lebih dari sepuluh tahun, baru bisa sukses. Saya baru empat tahun, sudah menyerah. Gak boleh ! Saya gak boleh menyerah ! Saya harus bangkit. Saya harus berjuang lagi.“, kurang lebih begitulah pemikiran saya sehabis membaca kisah Opick itu. Ajaib. Semangat saya kembali tumbuh. Saya kembali bangkit dan berusaha. Saya pun mencoba cara baru. Saya mulai mengikuti berbagai Lomba Penulisan. Meskipun tidak menang, ada juga beberapa panitia lomba yang tetap memberikan piagam penghargaan, sebagai ucapan terima kasih karena saya sudah turut berpartisipasi. Saya tetap bersyukur. Lumayan itung-itung koleksi piagam hehehe. Dalam perjuangan saya itu, rubrik kisah Nova selalu menjadi motivator yang hebat.

Sampai pada akhirnya, Desember 2007 kemarin, saya menang lomba ! Saya berhasil menjadi salah satu pemenang kehormatan Lomba Essay DPP PERTUNI. Meskipun bukan pemenang utama, saya tetap bersyukur. Akhirnya setitik cahaya itu datang juga. Dan yang paling membahagiakan, sejak saat itu orangtua mendukung penuh cita-cita saya. Bahkan jika tidak ada halangan, sebentar lagi saya akan kuliah di jurusan Komunikasi Konsentrasi Media. Terima kasih Tuhan. Terima kasih Ibu. Terima kasih Ayah. Terima kasih Nova. Terima kasih Rubrik Kisah Nova.



***Artikel ini menjadi 7 besar dari 100 Tulisan Terpilih Perempuan Inspiratif NOVA 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar