Kamis, 21 April 2011

Tidak Bisa Disebut Menghianati Cita-Cita KARTINI, Jika Seorang Perempuan Memilih Hanya Menjadi Ibu Rumah Tangga Rumahan Yang Berpenghasilan


Oleh Retno Arieswanti Hapsarini

Menjelang tanggal 21 April peringatan hari Kartini, gaung emansipasi terasa semakin kencang dihembuskan. Isu kesetaraan gender dan persamaan hak menjadi topik yang sangat hangat diperbincangkan. Sangat wajar memang, sebagai bentuk penghargaan terhadap jasa seorang pendobrak bernama R.A Kartini, yang telah berhasil menjadikan para perempuan Indonesia sekarang ini bisa mengenyam pendidikan yang layak, juga bisa berperan dan berkarya dalam berbagai bidang, seperti halnya kaum laki-laki.


Perempuan dan Teknologi
Perkembangan Teknologi Informasi dan Telekomunikasi telah berhasil mengubah tatanan hidup bermasyarakat secara umum terutama dalam hal pemerataan informasi. Sebuah “Keadilan informasi” pun telah berhasil terciptakan, yang kemudian menjadi dasar berkembangnya berbagai potensi manusia. Transfer-transfer informasi yang sampai pada otak bisa membentuk mindset seseorang, menjadi ruhnya dalam berfikir, berencana dan bertindak. Keadaan ideal yang bermuara pada sebuah kesadaran akan terbukanya berbagai kesempatan untuk mengembangkan diri secara maksimal. Dalam hal ini segmen mayoritas yang menemukan momentum kebangkitannya adalah kaum perempuan.

Berbicara tentang teknologi informasi dan telekomunikasi tidak akan lepas dengan apa yang dinamakan internet. Berdasarkan data APJII tahun 2010 pengguna Internet di Indonesia mencapai 45 juta orang. Sedangkan BOSTON mengeluarkan sebuah prediksi yang sangat mencengangkan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia dan empat negara lainnya Brazil, Russia, India, China diperkirakan akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2015. Boston Consulting Group memprediksi jumlah pengguna internet di lima negara tersebut akan mencapai 1,2 miliar orang pada 2015. Wow, Sungguh fantastis bukan?

Kemajuan teknologi informasi telah berhasil memfasilitasi kaum perempuan untuk bangkit dalam berbagai bidang. Terutama dalam hal peningkatan kualitas diri. Berfungsi sebagai sarana belajar yang efektif. Khususnya bagi sebagian perempuan Indonesia yang dikarenakan kendala tertentu sehingga tidak beruntung merasakan bangku pendidikan. Teknologi informasi berhasil membuka sekat-sekat kendala yang telah membelenggu mereka selama ini. Internet dengan segala kemudahan dan kecanggihannya sangat mendukung perempuan untuk belajar tentang banyak hal, di mana saja, setiap saat, sepanjang waktu. Hal ini sangatlah penting dan krusial, sebab bisa menjadi modal utama bagi perempuan guna mencetak generasi penerus bangsa yang beriman, unggul dan berkualitas.


Keseimbangan antara Peran Publik dan Domestik
Di tengah boomingnya isu emansipasi, ada juga kaum perempuan yang masih berpegang teguh pada pendirian bahwa keberlangsungan kebahagiaan utuh rumah tangga harus tetap diprioritaskan. Dan hal itu mau tidak mau mengarah pada keharusan perempuan menjalankan fungsi terbaiknya sebagai seorang istri sekaligus ibu. Mungkin pepatah-pepatah ini yang menjadi dasar pemikiran para perempuan golongan di atas, “Jika kau mendidik seorang laki-laki, itu berarti kau mendidik seorang individu, tapi jika kau mendidik seorang perempuan, itu berarti kau mendidik seluruh keluarga”. Dan pepatah lainnya mengatakan bahwa, “Di balik kesuksesan seorang pria, selalu ada sosok perempuan hebat di belakangnya”. Kedua pepatah itu, mengisyaratkan betapa penting peran seorang perempuan dalam keluarga, yaitu mengantarkan suami dan anak-anaknya menuju gerbang kesuksesan.

Dulu, mungkin hal tersebut akan menjadi sebuah dilema. Memilih antara peran publik atau peran domestik? Dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi sekarang ini, kedua peran tersebut bisa dijalankan secara seimbang. Ngetrennya sering disebut sebagai Full Time Mom (FTM) yang berpenghasilan. Kemajuan teknologi informasi khususnya internet telah membuka peluang besar bagi para FTM bisa tetap berpenghasilan fantastis, sembari terus mencurahkan sebagian besar waktu dan perhatiannya untuk suami dan anak-anak tercinta.

Bisnis online, penghasilan dari SEO Blog, reward kompetisi menulis, beraneka ragam kuis, dll, bisa menjadi alternatif pilihan bagi FTM tetap mandiri secara finansial. Berkat kemajuan teknologi, kaum perempuan sudah bisa dengan bangga menyuarakan “Say Yes to Full Time Mom”. Toh, rata-rata dari mereka memutuskan hal tersebut bukan karena tidak mampu bekerja kantoran, melainkan pilihan yang datang dari ketulusan hati. Pilihan jenis ini, kini sudah menjadi sebuah smart choice, mempunyai banyak waktu untuk suami dan anak-anak, sekaligus berpenghasilan fantastis. Sangat perfect bukan?

Lalu bagaimana dengan peran publiknya? Bukankah sebagai manusia kita tentu memiliki keinginan naluriah untuk berguna bagi sesama? Dengan menjadi Full Time Mom apakah bisa menjalankan peran tersebut? Jawabannya : Bisa! Sangat Bisa! Kemajuan teknologi informasi khususnya internet sangat memungkinkan semua itu. Era Go Blogging, membuka kesempatan kepada siapa saja, di mana saja, laki-laki ataupun perempuan, dengan background apapun, untuk berkarya dan menuangkan segala ide-ide briliantnya lewat media tulisan di blog.

Tulisan yang bagus bisa menjadi “racun”, menginspirasi, dan menghipnotis pembacanya. Salah satu kedahsyatan tulisan bisa kita lihat dari fenomena Laskar Pelangi. Bagaimana dari sebuah tulisan bernas Andrea Hirata bisa menghipnotis jutaan anak bangsa untuk mulai berani bermimpi besar. Kasus Andrea ini, bisa menjadi salah satu acuan para Full Time Mom, untuk lebih semangat dalam menulis dan berkarya. Bayangkan, jika tulisan kita bisa sesukses Laskar Pelangi, yang menghasilkan royalty milyaran rupiah. Wow! Menginspirasi positif sekaligus menjadi tambang uang. Ehmmm siapa yang tidak mau coba?

Full Time Mom memiliki banyak waktu luang di rumah, relatif lebih mudah berkonsentrasi untuk melahirkan tulisan-tulisan yang dahsyat. Sebuah tulisan yang “matang”, berasal dari hati, hasil proses kerja kreatif yang panjang, tidak sekedar memenuhi target deadline, biasanya lebih punya roh dan memiliki kekuatan tersendiri. Di sinilah salah satu letak keuntungan penulis yang notabene Full Time Mom.


Full Time Mom dan Cita-Cita Kartini
Alangkah besar bedanya bagi masyarakat Indonesia bila kaum perempuan dididik baik-baik. Dan untuk keperluan perempuan itu sendiri, berharaplah kami dengan harapan yang sangat supaya disediakan pelajaran dan pendidikan, karena inilah yang akan membawa behagia baginya (Suratnya kepada Nyonya Van Kool, Agustus 1901)

Kami beriktiar supaya kami teguh sungguh, sehingga kami sanggup diri sendiri. Menolong diri sendiri. Menolong diri sendiri itu kerap kali lebih suka dari pada menolong orang lain. Dan siapa yang dapat menolong dirinya sendiri, akan dapat menolong orang lain dengan lebih sempurna pula. (Suratnya kepada Nyonya Abendanon, 12 Desember 1902)

Dari penggalan isi kedua surat Kartini di atas, dapat disimpulkan bahwa salah satu nilai yang ingin diperjuangkan Kartini untuk kaumnya adalah kesempatan yang sama dalam mengenyam pendidikan serta prinsip kemandirian perempuan. Jika dikaitkan dengan perempuan yang memutuskan menjadi Full Time Mom, hal itu sama sekali tidak bertentangan dengan cita-cita Kartini. Dalam hal ini peranan kemajuan teknologi kembali terlihat, karena telah menjembatani antara keduanya.

Full Time Mom, masih sangat bisa untuk terus belajar meningkatkan kualitas dirinya secara terus-menerus lewat media kemajuan teknologi. Bukan lagi melalui media belajar konvensional yaitu lewat bangku pendidikan, melainkan lewat internet, yang bisa dikatakan seperti kantong ajaib Dora Emon, yang bisa menfasilitasi perempuan untuk belajar tentang apapun, kapanpun, dan dimanapun. Begitu halnya dengan masalah kemandirian. Dengan teknologi, perempuan bisa bekerja dari rumahnya sendiri, menjadi mandiri secara finansial, sambil terus mencurahkan sebagian besar waktu dan perhatiannya untuk keluarga. Cita-Cita Kartini Oke, Menjadi Super Full Time Mom Yes!