Kamis, 23 September 2010

Tidak Ada Hal Yang Salah Kalau Sudah Menyangkut Kemuliaan Seorang Ibu

By Retno Arieswanti Hapsarini

Sebagai sebuah bentuk hubungan yang wajar antara ibu dan anak, hubungan saya dengan Ibu penuh dengan pasang surut. Gelombang pasang itu datang beberapa tahun silam sewaktu saya masih kuliah semester tiga. Sebuah tragedi terjadi yang membuat hubungan kami rusak dalam waktu yang cukup lama. Sebelumnya saya sangat “memuja” Ibu, dalam hati ini tertanam tekad : “Saya harus menjadi anak yang bisa membanggakan dan membahagiakan Beliau!”. Namun kejadian itu membuat rasa kagum itu hancur berantakan berkeping-keping, terganti dengan rasa sakit merasa terkhianati yang teramat sangat. Jika dilihat secara kasap mata kejadian itu terlihat simple. Tapi bagi saya tidak begitu! Ada banyak alasan yang membuatnya menjadi begitu berat dan teramat menyakitkan.

Liburan semester tiba seperti biasa saya pulang kampung naik kereta ekonomi Pasundan dari Yogyakarta menuju Banjar. Sesampai di stasiun Banjar, Ayah sudah menunggu untuk menjemput. “Kok pake jaket? Tumben?”, tanya saya dalam hati karena biasanya Ayah tidak pernah pake jaket. Tanpa banyak bicara saya ikuti saja langkah Beliau menuju parkiran. Ayah melangkah menuju sebuah motor honda baru. Saya pun tertegun, kemudian spontan bertanya, “Motor siapa nih?”. “Motor kita dong.”, jawab Ayah. Wah ternyata mereka membeli motor baru! Pantas saja Ayah pake jaket biasanya kalau menjemput pake mobil Ayah gak pernah pake jaket. Alhamdulillah waktu itu keluarga kami sudah mempunyai mobil walaupun hanya sebuah mobil yang sangat sederhana sekali sangat jauh dari kata mewah. Tetapi dengan mobil “butut” itu lah kami bisa bepergian bersama sekeluarga dengan nyaman.