Jumat, 26 Juli 2013

Lebih Penting Mana, Baju Baru Atau Hati Yang Baru ?

Lebaran harus identik dengan baju baru, sepertinya sudah menjadi tradisi yang "salah kaprah" di negeri kita ini. Lebaran serasa kurang afdol kalau nggak pake baju baru, sepatu baru, perhiasan baru, mukena baru, pokoknya penampilan yang serba baru dech. Kadang, yang lebih mirisnya lagi acara halal bihalal lebaran justru menjadi ajang untuk show up, berlomba-lomba pamer keduniawian. Kita seolah lupa apa hakikat dan esensi sebenarnya dari Ramadhan dan Lebaran. Idealnya, setelah sebulan "digojlog" oleh Alloh SWT di bulan penuh berkah ini ditempa untuk berlatih melakukan berbagai kebaikan, seharusnya menghasilkan output insan-insan dengan hati baru yang suci dan penuh kebaikan.




Tradisi Lebaran VS Globalisasi
Globalisasi ibarat pedang bermata dua, di satu sisi bisa membuka cakrawala berfikir mendunia. Namun, di sisi lain bisa menggerus nilai-nilai akar budaya bangsa menuju life style kebarat-baratan yang hedonis. Tradisi lebaran yang dulunya sarat dengan nilai kebersamaan bersahaja dalam keluarga, menjadi bergeser mengikuti zaman. Kita seolah dipaksa mau tidak mau untuk beradaptasi dengan pergeseran nilai yang terjadi. Lebaran yang menurut cerita orang-orang dulu "cukup" dilewati dengan kebersamaan dalam keluarga yang penuh kebersahajaan, sekarang sudah berubah drastis. Bahkan sekarang lebaran bisa menjadi "beban sosial" tersendiri, memikirkan bagaimana kita harus tampil sebaik mungkin saat halal bihalal lebaran, status sosial dan tingkat kemapanan seseorang seperti tengah diuji dalam ruang lingkup sosialnya.



Kembali Pada Hakikat Lebaran Yang Sebenarnya
Seperti sering kita dengar dari ceramah para Ustad dan Ustadzah, bahwa hakikat lebaran yang sebenarnya adalah kembali ke fitrah. Hati yang suci, kearifan jiwa, kebijaksanaan bersikap, seharusnya menjadi nilai-nilai yang mewarnai orang-orang yang tengah berlebaran. Lebaran yang bersahaja namun penuh kebersamaan dan keberkahan. Bukan mempertajam jurang sosial. Namun yang justru meleburkan jurang perbedaan dan kesenjangan. Memang sebuah kondisi yang "terlalu ideal" dan terlihat sulit untuk diwujudkan? Tapi, mudah-mudahan kita bersama bisa mewujudkannya, dengan semangat kembali ke fitrah tentunya. Tidak lagi hanya semata baju baru. Namun lebih kepada hati yang baru. Semoga.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar